ALFA DAN OMEGA

ALFA DAN OMEGA 
oleh : rizky amalia 


Sore itu, langit tampak mendung. Alfa masih duduk termenung didepan kolam ikan diteras rumah. Matanya sendu berkaca kaca. bibirnya yang mungil sedikit mengerucut. Aku bisa merasakan ada tanda kesedihan diraut wajahnya. Aku masih terus memandanginya, alfa menoleh ke jendela membuatku tersadar bahwa matanya menatap mataku. Aku tersenyum, Alfa pun tersenyum.

" alfa, kamu kenapa ? " - ucapku sambil mengelus rambutnya.
" aku gapapa kok bunda.. " - jawab Alfa

Kupeluk Alfa dalam dekapanku, aku tau ada sedikit kesedihan yang dia rasakan. Aku tau bagaimana perasaannya saat ini. Akupun mengajak alfa masuk kedalam karna langit sudah mulai rintik rintik. 
Alfa pun duduk di sofa sambil membaca komik detective conan kesukaannya. Aku tersenyum, bangga pada nya karna dia masih bisa menyembunyikannya dariku. Padahal aku tau apa yang sebenarnya yang sedang ia rasakan. 

Aku pun berlari ke dapur, kusiapkan segelas coklat hangat kesukaannya dan kue brownies untuk menemaninya membaca komik. Alfa tersenyum padaku. Aku kembali mengusap rambutnya dengan lembut. 

" wah, brownis. makasih bunda.... " - ucap Alfa padaku. 

Aku hanya tersenyum dan mengecup keningnya. Betapa aku sangat menyayanginya. Dirinyalah satu satunya hal paling berharga yang kumiliki sekarang. Dirinyalah alasan kenapa diri ini masih tetap kuat berdiri. 
Ada kepedihan yang kurasakan, mungkin Alfa juga menyadari.

*** 

" Bunda..boleh aku masuk? " - Panggil Alfa
" boleh sayang, masuk aja. " - jawabku

Alfa pun masuk, duduk disampingku. Matanya berputar ke kanan dan kekiri memeperhatikan sekeliling kamarku. Matanya kemudian terfokus pada meja kerjaku, dia menghampirinya dan mengambil sebuah bingkai foto yang ada dimeja kerjaku. kemudian diletakannya lagi dengan posisi terbalik. 

" bunda lagi sibuk ya? boleh aku pinjem laptopnya ? " - ucap Alfa
" boleh sayang.. " - ucapku sambil membiarkan dirinya mengutak ngatik laptop di meja kerjaku. 

Entah apa yang Alfa lakukan, matanya terfokus pada layar laptop. aku hanya memperhatikannya dari tempat tidur. Alfa kemudian menghampiriku, duduk dihadapanku, matanya seakan memiliki sejuta makna. Tanpa kusadari, air mata menetes membasahi pipiku. Tapi Alfa malah tersenyum. 

" bunda jangan sedih. Alfa nggak mau lihat bunda sedih. alfa janji akan selalu jagain bunda " - ucpa alfa

Aku tersenyum, kupeluk alfa sambil kuciumi kepalanya. akupun beranjak dari kasurku, membuka sebuah laci dan mengambil sebuah album foto yang ada didalamnya. sebuah album foto yang sedikit usang dan berdebu. mungkin karna sudah terlalu lama.

Akupun membukanya. Alfa hanya memperhatikanku tanpa berkata sepatah katapun. Pikiranku kemudian menerawang jauh mengingat sebuah karya seni tiga dimensi yang selalu terpajang rapi dalam memori.


*** 

" Jadi kita mau kemana ? " - ucapku
" Kemana aja deh terserah kamu asalkan kamu seneng " - jawab Omega

Dia adalah Omega, kekasihku yang sangat aku sayangi. Satu satunya sandaran hatiku, tempat aku pulang, tempat aku berkeluh kesah.
Umur kami tak beda jauh, dulu ia kaka kelasku sewaktu sekolah, dan kita dipertemukan lagi dikampus tercinta ini. Omega selalu mengerti kehidupanku yang sedikit brokenhome. Dia selalu memahamiku dan selalu ada untukku. Karna itulah aku nyaman dengannya dan perlahan diri ini semakin bergantung kepadanya. 

Omega bukan orang yang cerdas, bukan orang yang wah dan tampan seperti pria lainnya. Tapi aku mencintainya. Bahkan bisa dibilang dia termasuk kategori cowok yang sedikit playboy disekolah dulu. Tapi aku mengerti, apapun yang ada pada dirinya, aku mencoba untuk memahaminya. Seperti dia memahamiku selama ini. 

3 tahun kurasa bukan waktu yang sebentar mengenal Omega lebih dalam, banyak sekali suka duka yang sudah kita lewati bersama. membuatku selalu ingin ada disamping Omega. Walaupun aku tau, ornag tua ku tak pernah setuju dengan hubunganku dan Omega. tapi tak sedikitpun niatku untuk meninggalkannya. 

entah apa yang ada dipikiran orang tuaku, mungkin mereka hanya melihat omega dari sisi luarnya saja. Menurut orangtuaku, Omega bukan laki laki yang baik. aku tak tau mengapa orng tuaku berpikir seperti itu. Yang jelas, dimataku , Omega adalah osalah satu orang yang juga berarti dalam kehidupanku.

" Nanti jemput aku kan ? " - Ucapku sambil mencium tangannya.
" iyaaa. kerja yang bener yaa " - jawab Omega.
" bawellllll. kamu tuh cari kerja, biar nggak nganggur terus, masa kalah sama aku " - jawabku sambil mencubit lengannya.
" yeh biarin, kan ada papa ini " - jawabnya
" masa mau bergantung sama papa terus? kamu kan udah gede. udah 25 tahun ih " - jawabku 
" biarinlahh. ahahaha " - jawabnya
" yaudah ah aku masuk ya, udah telat 5 menit nih. jangan lupa nanti jemput " - ucapku 
" iya... jawabnya sambil menguspa kepalaku "

Akupun turun dari Volvo nya yang masih terparkir didepan lobby kantorku, dan segera masuk kedalam. Volvo itupun kmudian melaju dengan cepat, aku tersenyum sambil berjalan menuju ruang kerjaku. dan kembali menjalankan rutinitasku sebagai manager keuangan disalah satu perusahaan importir swasta di jakarta.

***

Selama tiga tahun itulah aku dan omega berusaha untuk mempertahankan hubungan kami, bahkan aku berharap Omega bisa menjadi pendamping hidupku. tak apa jika dia belum bekerja sekarang, yang jelas aku ingin menjadi satu satunya tempat ia pulang. menjadi satu satunya orang yang bisa selalu ada disampingnya. selama itu pula Omega sellau membuat hari hariku terasa lebih bermakna, membuat hidupku menjadi lebih hidup. 
Dia selalu tau bagaimana caranya membuat diri ini tersenyum, membuat diri ini bahagia, walaupun tak jarang juga dia kasar terhadapku.

Omega sosok yang baik, tapi sedikit egois. apapun keinginannya harus dipenuhi, kalau tidak, dia pasti langsung ngambek. dan pasti aku pusing kalo dia udah ngambek. 
Karna itulah aku selalu mencoba untuk mengalah, semua ini demi dia. demi hubungan ku dan dia. aku tak ingin membuatnya marah, tak ingin membuatnya kesal, tak ingin membuatnya pergi meninggalkanku. walaupun aku tau, kadang ada yang ia sembunyika dariku. tapi aku diam saja. aku tak ingin membuat benang malah menjadi kusut. 

Hingga suatu hari, aku berada dalam titik rasa paling nyaman. Rasanya saat itu aku benar benar menjadi orang paling bahagia. Tepat dihari ulangtahunku, Omega mengajakku ke bukit bintang, dan memberiku kejutan disana, rasanya hari itu benar benar menjadi hari baikku. Rasanya aku selalu ingin ada disamping Omega, rasanya aku ingin bisa terus bersama Omega. Karna sudah larut malam, kamipun menginap disalah satu hotel terdekat, dan disitulah hal itu terjadi..

2 bulan berlalu, Omega berubah menjadi sangat sensitif dan pemarah. Dia semakin sering membentakku, padahal hubungan kami baik baik saja. sejak saat itu juga dia menjadi sangat tertutuup dan tidak pernah jujur padaku.

Dirinya bukan lagi seperti Omega yang kukenal dulu.

Selama 2 bulan itu pula aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hidupku. ternyata kejadian dihotel itu rupanya menajdi sesuatu yang mungkin dimata orang-orang itu sebuah sesuatu yang tabu.

aku hamil. aku hamil hasil dari hubunganku dengan Omega. Entah bagaimana hal itu bsia terjadi, rasanya aku benar benar kehilangan seluruh kehormatanku. rasanya aku benar benar merasa sangat bersalah dan menyesal. Omega kini telah berubah, bahkan dia tak mau mengakui bahwa yang ada didalam kandunganku adalah darah dagingnya. dan mimpi buruk itupun terjadi. Tibala saatnya Omega meninggalkan ku dengan perempuan lain. aku berusaha untuk mencegahnya tapi Omega tak pernah menanggapiku. Dimataya, aku seperti orang yang sangat hina. padahal dia yang membuatku menjadi seperti ini.

" aku pengen kamu tanggung jawab . ini anak kamu " - ucapku dengan sendu

" apaan sih, gue gak mau. lo gila ya? gue belom kerja. mau ngasih makan apa. udah lo urus sendiri aja. " - ucapnya
" kamu kok gitu sih, inikan karna kamu juga. kamu yang bikin semuanya jadi kayak gini. kenapa tiba -tiba jadi campakin aku?" - jawabku
" ya gue gak bisa. udah sana turun " - ucapnya sambil menyuruhku turun dari mobilnya.

rasanya sakit. sangat sakit. pedih. rasanya ingin sekali aku berteriak. aku sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku. aku sudah melakukan hal yang sangat dibenci oleh tuhan dan kedua orang tuaku. sejak saat itu, aku memutuskan untuk pergi seorang diri dengan tetap menjaga bayi yang ada didalam kandunganku. 


***


6 Tahun Kemudian


" bunda kok bengong? bunda kangen ya sama ayah? " - ucap Alfa tiba-tiba. membuyarkan lamunanku dan membuatku sedikit terharu.
" kenapa Alfa bicara seperti itu ? " - jawabku sambil menatap lembut matanya.
" gapapa, tadi aku baca di laptop bunda kalo bunda kangen sama ayah. emang alfa punya ayah ya bunda? " - ucap alfa dengan sendu

sungguh miris rasanya ketika seorang anak kecil berkata demikian, dia mungkin berhak tau siapa ayahnya. tapi aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya karna mungkin akan sangat menyakitkan bila didengar oleh seorang anak yang masih berumur 6 tahun seperti alfa. walaupun aku tau Alfa adalah orang yang kuat dan cerdas. dia tak pernah menunjukan kesedihannya didepanku, bahkan diusianya yang mAsih terbilang kanak kanak, dia seolah olah bisa menerima keadaaan bahwa dia tidak memiliki seorang ayah.


" bunda.. maafin alfa. bunda jangan nangis.. " - ucap alfa sambil memegang lenganku. aku hanya tersenyum dan mencoba untuk menghapus air mata yang sudah menetes dipipiku.
" bunda ngga papa nak.. bunda nggak nangis kok, tuh liat.. " - jawabku sambil mencoba merangkul alfa.
" bunda.. kenapa ayah pergi ninggalin kita? ayah nggak sayang ya sama Alfa ? " - ucap Alfa dengan polosnya.
" Alfa, ngga boleh ngomong gitu. ayah sayang kok sama alfa, tapi ayah nggak bisa tinggal sama kita disini. " - ucapku mencoba membuatnya tenang
" Alfa pengen punya ayah kayak ayahnya nadin bunda.. ayahnya nadin baik banget sama alfa. " - jawab alfa
" ayah nya alfa juga baik kok, nih liat.. ini ayah alfa, ini bunda. alfa belum lahir.. liat deh, mirip kan sama alfa. " - jawabku sambil memperlihatkan sebuah foto ku dengan omega ketika masih bersama.

jujur , sebenarnya aku tak ingin menunjukkannya pada alfa, aku tak ingin alfa tau siapa ayahnya, aku tak ingin alfa tau yang sebenarnya, namun aku juga tak tega jika harus menyembunyikan dan berbohong padanya. walaupun aku tidak pernah tau bagaimana kabar Omega yang sebenarnya.
Pernah terfikirkan untuk aku menikah dengan orang lain agar alfa bisa memiliki ayah, namun rasanya tak sanggup. aku teramat mencintai Omega. bahkan jauh dilubuk hatiku, aku masih berharap dia mau mengakui Alfa sebagai anaknya. namun kurasa itu mustahil, bahkan aku sendiri tak pernah tau omega dimana sekarang.

" udah malem, sekarang Alfa harus tidur. Besok kita jalan jalan. Selamat tidur jagoan bunda. " - ucapku sambil mengecup keningnya.


***


Pagi itu aku mengendarai BMW ku menuju bukit bintang, sengaja kuajak Alfa kesini karna aku sangat merindukan tempat ini. merindukan Omega, merindukan saat aku masih bersamanya.
Setelah melalui satu jam perjalanan, aku dan alfa pun sampai di Bukit Bintang, tempat yang sangat sangat aku rindukan.

" bunda kok bawa aku kesini ? ini tempat apa bunda ? " - tanya alfa
" ini namanya bukit bintang sayang, bunda suka banget sama tempat ini.. " - jawabku
" bunda dulu sering kesini ya sama ayah ? " - tanya Alfa

aku hanya terdiam menatap putra kesayanganku dengan tatapan sendu, sungguh sakit  sekali bila harus mendengar buah hatiku satu satunya harta berharga yang kumiliki saat ini berkata demikian. rasanya aku ingin sekali menceritakan semuanya . namun aku tak sampai hati .


" Iya sayang. gimana ? bagus kan tempatnya ? nanti kita beli terpong ya. kita liat bintang biar keliatan jelas. liat deh, itu namanya bintang orion yang lagi bertiga. bagus kan? " - ucapku
" iya bunda, hem,, yang kiri ayah, yang tengah alfa, yang kanan bunda deh. pas kan hehehe " - jawab alfa sambil tertawa


Bahagia sekali rasanya saat aku bisa melihat buah hatiku tertawa begitu lepasnya. aku tau ada kerinduan yang dalam dalam dirinya. namun aku juga tak mampu mengatakan yang sebenarnya.

Akupun melewati malam itu dengan penuh canda tawa dengan buah hatiku, kami menghabiskan waktu hanya duduk diatas bukit sambil menyeruput wedang jahe dan jagung bakar. Hingga akhirnya Alfa mulai mengantuk, akupun mengajaknya pulang,


***


" selamat pagiiiii sayang, " - ucapku ketika melihat Alfa turun menuju ruang makan.
" pagi bunda, " - jawab alfa dengan senyumnyan yang khas
" Alfa, bunda ada tugas di jakarta. besok kita berangkat ya. nanti kita nginep dirumah oma. " - Ucapku
" siap bunda.." - ucap alfa


Hari ini aku menyiapkan kebutuhanku dan Alfa karna rencananya kami akan kembali ke Jakarta untuk beberapa bulan. Aku tak peduli orang orang bertanya siapa Alfa, aku tak peduli orang orang akan berpersepsi apa tentang aku dan alfa yang jelas dia adalah anakku. darah dagingku.


----------------------------------bersambung------------------------------------------------------------------------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepingan Hati Yang Hancur

Naskah Drama Musikal " Kita Satu Dengan Segala Perbedaan "

Story of D'DAFIKAT 02-09-2009