yang tak terucap
Hingga pada saat nya tiba, beberapa orang menanyakan hal itu
kepadaku, aku hanya tersenyum menjawabnya. Karna aku sendiri pun bingung harus
berkata apa.
Tak lama kemudian, beberapa diantaranya mulai
mengolok-olokku. Mereka bilang kenapa hanya aku yang menunjukkan, kenapa tidak
demikian dengan dirinya. Lagi lagi aku harus membohongi diriku sendiri,
kubilang “karna kuotanya sedang habis”.
Lagi lagi muncul dalam pikiranku, sebenarnya aku ini siapa? Siapa
aku dimatanya?
Kuusap sedikit air mata yang mulai mengalir diujung mataku,
aku tak ingin ada siapapun yang menyadari bahwa ada kesedihan dalam diriku saat
tiba-tiba aku merasa bahwa selama ini dia tak pernah menganggapku ada.
Entah karna dia malu untuk mengakui nya, aku cukup sadar
diri. Aku bukan wanita yang memiliki paras cantik layaknya orang-orang yang
pernah ia kagumi. Aku juga bukan orang
yang pandai merias diri dengan make up seperti perempuan lainnya. Aku hanyalah
aku, cukup seperti ini. Dengan gayaku yang simple dan polos tanpa make up.
Karna bagiku, cantik tak hanya cukup . dimana yang
terpenting adalah menjadi pribadi yang cerdas, kuat dan mandiri. Yang tidak
bergantung dengan siapapun. Kelak aku akan menjadi seorang ibu, dan ibu yang
cerdas, kuat dan mandiri. Tentu akan menghasilkan anak anak yang demikian pula.
Kembali lagi ke permasalahanku,
Terkadang, aku merasa terpojokkan. Saat kuingat dulu dia
selalu memasang foto dengan teman teman perempuannya, tapi tidak pernah
denganku. Mungkin dia malu, malu dengan keadaanku yang seperti ini.
Ingin sekali rasanya dimengerti olehnya, bahwa aku juga
ingin dianggap ada. Aku ingin seperti perempuan yang lainnya. Tapi dia tak
pernah peka. Baginya, semua itu hanyalah sebuah hal yang tidak penting. Dan akhirnya..
aku hanya bisa pasrah pada semuanya.
Komentar
Posting Komentar