Tentang Aku, dan Kisah Hidupku #Novellet




Kehidupan yang kelam dikota metropolitan

“brukkkkkkk” !! aku menjatuhkan tubuhku diatas kasur kesayanganku, sungguh aku lelah sekali hari ini setelah dari pagi sampai malam melaksanakan aktivitasku. Bayangkan saja, pagi pagi aku harus segera berangkat bekerja sampai sore, lalu aku segera menuju kampusku tercinta. Tempat dimana aku menimba ilmu.
Baiklah, sebelum aku menceritakan semuanya, terlebih aku akan menceritakan siapa aku sebenarnya. Aku hanyalah seorang mahasiswi semester 3 yang sangat bermasalah. Tapi bukan berarti aku suka mencari masalah, aku hanya merasa hidupku ini banyak dipenuhi masalah yang kompleks. Entah Tuhan yang tidak adil padaku, atau Tuhan yang sedang menguji kesabaranku. Haftttt..
Sebenarnya, aku sempat bosan dengan hidupku. Hidupku yang tak tau kemana arahnya, aku merasa hidupku hampa. Hampa tak bermakna. Bayangkan saja, aku hidup bersama kedua orangtuaku namun aku merasa seperti hidup sendiri. Hufttt
Bisa dibilang aku ini anak broken home. Anak yang tak diurus oleh orang tuanya. Hahah.. yapppp inilah akuuuu… aku tetap kuat dalam keadaan seperti ini. Namun tak menutup kemungkinan aku pernah merasa lemah, lemah tak berdaya. Yaitu sekitar 4 tahun yang lalu.

***

“ istri macam apa kau ini ? bisanya keluyuran terus, nggak pernah ngurusin anak anak dirumah. “
“ cukup!!! Aku bekerja seharian untuk anak anak, itu berarti aku masih bertanggung jawab pada mereka. Lantas apa bedanya dengan kau ? kau pun tak lebih baik dariku! Kau saja lebih sering menghabiskan waktumu dengan sekretarismu itu di kantor, apa pernah kau mau tau urusan anak anak di rumah ? kau pun tak pernah menafkahi aku dan anak anak kita. Masih pantaskah kau disebut seorang ayah dari kedua anak anakku ?”
“kurang ajar!!! (menampar bunda hingga terjatuh)”

Ayah bertengkar hebat dengan bunda. Lalu, adikku datang ingin membela bunda, namun karna usianya masih kecil, pikirannya pun masih labil. Aku mengerti dia hanya ingin membela bunda, wajar kan seorang anak ingin membela bunda nya saat sang ayah berusaha untuk menyakitinya. Saat itulah adikku datang membawa pisau, dimana pisau itu langsung dia hantam ke punggung ayah. Setelah itu dia diam, melempar pisau itu dan memandangi ayah yang berlumuran darah. kulihat ada tanda kebencian yang mendalam di raut muka mawar, mungkin dia sudah terlalu sering melihat adegan ini daripada aku karna akupun jarang ada dirumah.
Lalu, dimana aku? Saat itu aku hanya bisa diam tak berkutik. Aku berada di sudut ruangan menyaksikan pertengkaran hebat itu dan menyaksikan bagaimana adikku yang berumur 10 tahun membunuh ayahku. Yaaa.. ayah kami. Aku tak bisa berkutik apa apa lagi. Aku menyaksikan betul bagaimana sebuah pisau itu menghantam nyawa ayah dalam sekejap, bunda langsung histeris, dan kami segera membawa ayah kerumah sakit namun memang sudah takdirnya, ayah tak bisa diselamatkan.
Entah aku harus senang ataukah sedih atas meninggalnya ayah, senang karna akhirnya tidak ada yang menyakiti ibu, aku dan mawar lagi. Atau sedih karna berarti sekarang aku sudah tak punya sosok ayah lagi, tak punya sosok yang bisa kami jadikan malaikat pelindung. Tapi keberadaan ayah pun juga tidak berpengaruh dalam kehidupan kami.
Sejak saat itu, bunda menjadi seorang single parents. Membesarkan dan merawat aku dan mawar seorang diri. Pagi pagi bunda sudah berangkat bekerja ke kantor, dan selalu pulang larut malam. Semenjak kejadian itu, bunda menjadi seseorang yang temperamental. Dan jauh dari seorang ibu yang aku kenal dulu.
Terkadang aku sering mendapati bunda pulang dalam keadaan mabuk dan diantar oleh salah satu teman laki lakinya. Sementara adikku, adikku semakin  menjadi sekarang. Dia tumbuh menjadi anak yang nakal. Mungkin karna terbawa pergaulan dengan teman-temannya disekolah dan kurangnya perhatian dari keluarga.
Jujur, keadaan ini membuatku sedikit tertekan. Bagimana tidak? Aku anak pertama, ayah sudah tidak ada dan aku harus bisa menjaga bunda dan mawar.  Namun, kita bertiga seperti sudah hidup masing masing. Aku saja jarang bertemu dan bertegur sapa dengan bunda dan mawar. Padahal kami tinggal satu rumah, namun kami jarang sekali bisa berkumpul bertiga. Karna sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai sampai aku saja bingung, apa maish adakah ikatan cinta dalam keluarga kecil ini ? entahlah..



SIDE SEEING

Malam itu langit tampak muram. Tak ada satupun cahaya yang ditarik oleh garis dari bintang bintang. Aku terus memandangnya, memandang langit yang tampak muram. Duduk seorang diri disebuah halte dipinggir jalan. Entah apa yang ingin kulakukan disini. Rasanya aku jenuh sekali dengan hidupku.
Kulihat beberapa anak dipinggir jalan sedang bermain bersama teman temannya. Mereka hanya mengenakan baju yang agak lusuh tanpa alas kaki, namun mereka tampak ceria, berbeda denganku.  Sedangkan aku hanya bisa duduk sendiri disini memandangi mereka yang tengah asik bermain dan bercanda tawa dengan teman sebayanya. Melihat mereka seperti itu rupanya menarik perhatianku untuk menghampirinya.
“ adik, kok jam segini masih diluar ? emang nggak dicariin sama ibu sama ayahnya? “ – ucapku
“ enggak ka, aku kan udah ngga punya bapak sama ibu “ – jawab mereka dengan polosnya.
“ oh, gitu, sini sayang. Temenin kaka, kamu udah makan belum ? “ – Tanyaku sambil merangkul punggung kedua anak kecil itu.

Akhirnya, aku memutuskan untuk berbincang-bincang sebentar dengan kedua anak itu yang ternyata kaka beradik, namun nasib mereka ternyata tak seberuntung orang orang diluar sana yang bisa merasakan indahnya kehangatan sebuah keluarga. Tama dan tami, aku memanggilnya. Mereka dua anak yang sangat lucu, mereka juga baik dan sopan meskipun hidup di jalanan. Mereka pun masih bisa tertawa dan saling mengasihi satu sama lain, melewati suka dan duka bersama. Jujur saja, aku iri dengan mereka. Andai saja aku dan mawar bisa sedekat itu. Tapi entahlah..
Kulihat handphone ku berdering, rupanya dari Reza. Pacar ku yang paling aku sayangi. Yah, karna dialah sampai sekarang ini aku masih bisa kuat menjalani hidupku yang kelam ini.  Karna dia juga lah, aku bisa terus semangat menjalani hari hariku yang hampa tak bermakna. Aku sangat bergantung padanya. Reza bagaikan matahari dalam kehidupanku. Dialah sumber energy dan kekuatan yang ada dalam hidupku. Aku tak tau apa jadinya aku tanpa dia. Mungkin aku sudah depresi tingkat stadium akhir.
“ halo, kenapa sayang ?”- jawabku
“ kamu dimana sayang?” -ucapnya diseberang sana
“aku lagi diluar nih, aku punya temen baru loh namanya tami dan tama, kamu harus kenalan yaaa nanti aku kenalin” -  jawabku smabil berbinar binar
“ yaampun, udah jam berapa sekarang. Kamu nih kebiasaan deh, yaudah aku jemput ya kamu dimana ?” – jawabnya dengan nada khawatir seperti biasanya
“ahaaha iya iyaa tenang ajasih aku baik baik aja kok, aku sekarang ditaman menteng, tapi mau ajak tama sama tami makan dulu. Kamu
kesini yaa. Daaaahh.. tiati yang, “ – ucapku sambil menutup telefonku.

Aku pun melanjutkan percakapan dengan tama dan tami, ternyata mereka berdua benar benar anak yang menyenangkan.  Tak lama kemudian, Reza datang dengan membawa beberapa cemilan untuk tama dan tami. Kami pun lanujut bercerita-cerita berempat sambil bercanda canda. Terlihat kebahagiaan terukir diwajah mereka membuatku ternyata lebih kuat karna aku bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk orang lain. Dan membuatnya tersenyum bahagia.
“ kakak, makasih yaaa udah ajak kita makan, makanannya enak banget deg “ – ucap tama dan tami
“ iya sayang sama –sama yah, makasih juga udah mau nemenin kakak tadi. Dan jangan lupa makanannya di teraktir kak reza loh “ – jawabku
“ wah makasih juga yah kak reza, kaka dan kak sakura samasama baik, kalian cocok deh. “ – ucap tami sang adik
“ ah kamu bisa aja, terimakasih kembali ya adik adik yang manis, makasih udah jagain kak sakura, kapan kapan kita main bareng lagi ya. Sekarang kaka pamit dulu, karna udah larut malam, kalian juga harus istirahat yaa jangan berkeliaran jam segini, nggak baik nanti kalian kenapa napa lagi. “ – ucap Reza sambil mengelus rambut kedua anak itu
Setelah itu, aku dan Reza pun pamit pulang. Reza mengantarku pulang kerumah dan diapun segera pamit pulang.
“ makasih udah dianterin pulang “ – ucapku sambil tersenyum senang
“ sama sama peri cantik, langsung tidur yah. Mata kamu udah capek banget, sana masuk gih “ – jawabnya sambil mengacak ngacak rambutku seperti biasanya
“ siapppp bos, take care ya dijalan, kalo udah sampe rumah kabarin “ – jawabku sambil membuka pintu pagar rumah
Reza pun mengendarai motornya dan perlahan manjauh dari rumahku, aku masuk kedalam dan kulihat bunda sudah terbaring di sofa dengan penampilan yang berantakan dan bau alcohol.
“ ah, pasti habis minum “ – ucapku sambil meninggalkan bunda dan masuk kekamarku.
**
Kubanting tubuhku diatas sebuah kasur kesayanganku yang cukup empuk, kulihat kedinding kamar dimana disitu terdapat beberapa bingkai foto, salah satunya foto aku dan reza. Yah, aku sangat mencintainya.
Kuambil laptopku dan kuketik beberapa kata hingga menjadi suatu cerita, yah aku suka sekali menulis. Aku selalu mengabadikan cerita yang terjadi dalam sebuah tulisan yang selalu kuketik setiap akhir malam. Karna dengan begitulah aku bisa meluapkan semua perasaanku. Rasa sesal, rasa sedih, rasa senang, bimbang, dilemma, kecewa, hampa sekalipun bisa kutuangkan dalam sebuah cerita.
Kubuka jendela kamarku, kurasakan angin berbisik yang membuatku cukup lega. Sambil aku berkata dalam hati
“ tuhan aku lelah dengan hidupku, aku rindu padamu ya tuhan. Izinkan aku untuk bisa menemuimu lebih cepat “ – ucapku dalam hati
Dan akupun merelakan malam itu berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tiba tiba pagi pun tiba. Matahari menyinari jendela kamarku yang membuatku terpaksa membangunkan diriku dari kasur kesayanganku. Kurasakan udara pagi menyambut hari ini, kuharap aku masih bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari orang orang yang kukasihi. Salamat pagi ..
            “ tingnongggg “ – suara bel rumah berbunyi
Waktu menunjukkan pukul 07.30 pagi, Reza pun pasti sudah menungguku dibalkon depan rumah seperti biasanya.
“ hai, selamat pagi peri cantik “ – ucap Reza
“hai, ayuk berangkat, aku telat nih. “ – jawabku
Kamipun berangkat ke kampus tempat dimana kami biasa menimba ilmu untuk bisa mendapatkan gelar sarjana sastra indonesia.

***
Aku duduk termenung didepan sebuah kolam berisi air mancur dibelakang kampusku. Aku lelah sekali hari ini. Ditambah lagi dosen ku sangat menyebalkan membuaku tak bersemangat hari ini huftt..
“ hei, kenapa kok manyun ajasih ? “ – tiba tiba Reza datang mengagetkanku dan mengacak-ngacak rambutku.
“ jenuh aku beteee aaaaaaa “ – jawabku sambil membereskan poniku yang berantakan.
“ kenapa ? bunda lagi ? “ – jawabnya menebak-nebak
“ gitu dehh, semalem aku liat bunda udah terbaring di sofa. Terus bau alcohol. Aku bingung harus gimana ngadepin bunda “ – jawabku
“ hem gitu yaudah gausah sedih dan gausah bingung. Bunda itu cuma butuh perhatian dari kamu. Kamu harus ngerti sikologi bunda “
“ iya aku ngerti kok, okedeh makasih yah udah bikin aku tenang sekarang “ – ucapku

***
Darah menetes tiada henti diatas kasur  ini. Aku masih terdiam memandangnya, sambil sesekali mengambil sebuah lap untu membersihkannya. Sebentar lagi pasti badanku terasa lemas dan aku harus segera merebahkan tubuhku agar darah ini cepat berhenti.
Aku lelah dan sangat lelah. Entah sampai kapan aku harus terus merasakan sakit ini. Dan mencoba untuk tetap keliatan sehat dihadapan orang orang banyak. Aku tak pernah mengeluh ataupun membiarkan orang orang mengetahui hal ini karna aku tak ingin semua orang menjadi khawatir bila tau keadaan yang sebenarnya.
Aku hanya bisa menceritakan ini pada laptop kesayanganku ini, tanpa bisa menceritakannya pada siapapun. Aku hanya bisa merasakan sakit itu sendiri tanpa ada orang yang tau dan memperhatikanku. Aku kuat dan aku tetap kuat. Meskipun terkadang aku sangat lelah, lelah pada hidupku sendiri. Namun tak apa, aku harus tetap semangat karna diluar sana banyak sekali yang mungkin mempunyai nasib tak seberuntung aku. Jadi apapun yang terjadi dalam hidupku saat ini, mau tak mau harus tetap kuhadapi. Sebab akupun tak mungkin lari dari kenyataan dan memungkiri semua yang terjadi.

***
Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam. Aku masih duduk disofa sambil memandang jendela yang berembun karena diluar sedang hujan. Kuambil handphone ku dan aku segera menghubungi Mawar, karna dia belum pulang sejak tadi pagi berangkat sekolah.
Aku menghubunginya berpuluh puluh kali namun tak pernah ada jawaban. Membuatu sedikit khawatir karena hari sudah hampir larut malam. Ditambah lagi, dia seorang perempuan dan umurnya pun masih labil. Membuatku takut sekali terjadi apa apa terhadapnya.
Kuputuskan untuk tetap menunggu nya diruang tamu, dan tak lama kemudian, dia pun membuka pintu. Aku segera menyalakan lampu hingga membuatnya tersentak kaget.
“ darimana aja kamu jam segini baru pulang? “ – ucapku dengan ketusnya
“ main sama temenku. “ – jawabnya dengan santai
“ kamu tau sekarang jam berapa? Emang pantes anak perempuan pulang jam segini dengan masih berpakaian sekolah? Mau jadi apa kamu “ – jawabku
“ tau, jam 12 kan. Terus kenapa? Apa bedanya sama kaka? Kaka juga sering pulang larut malam kan. “ – jawabnya dengan nada yang cukup tinggi
“ kurang ajar ya kamu sekarang. Kaka bilangin kamu karna kaka peduli sama kamu, kaka gak mau kamu jadi kayak kaka, yang hidupnya ngga jelas. Kaka tuh Cuma pengen kamu jadi anak yang lebih baik lagi dari kaka. “ – ucapku sambil berusaha menahan amarah
“ gausah sok peduli sama aku ! emang selama ini kaka pernah tau urusan ku? Toh selama ini juga kaka Cuma mentingin diri dan kehidupan pribadi kaka sendiri. Cuma sibuk sama urusan kaka sendiri, sibuk sama semua tulisan kaka dan mimpi mimpi kaka yang ngga jelas itu! “ – jawabnya dengan sinis
“ cukup mawar!!! aku ini kaka kamu. Kalo kamu gamau diatur sama kaka, yaudah . oke! Tapi kamu gak berhak bicara seperti itu “ – jawabku sambil melayangkan tanganku kepipinya membuatnya bercucuran air mata
“ kaka nampar aku?? “ – ucapnya sambil menangis
Aku pun tidak sadar dengan tindakan yang barusaja aku lakukan, aku memandnag tanganku hingga aku pun tersadar bahwa aku telah menamparnya.
“ mawar, kaka ga bermaksud untuk..” – ucapku sambil mengejarnya namun mawar sudah lebih cepat masuk kedalam kamarnya sambil menangis.
Aku mengejarnya dan meminta maaf karna tindakan ku yang terbawa emosi, namun mawar tak juga membukakan pintu.
“ pergi saja sana gausah peduli sama aku! Aku udah biasa gak dipeduliin sama kalian “ – ucapnya sambil menangis
Aku pun kembali ke kamarku dan menyesali tindakan ku yang terbawa emosi tadi. Dan kututup malam itu dengan alunan sebuah lagu.
***
Sang pagi pun tiba, aku tau mawar pasti masih marah padaku. Dan aku segera berlari ke dapur untuk membuatkan sarapan untuknya sebagai tanda permintaan maafku terhadapnya.
“ toktoktokkk. Mawarrrrrrr “ – ucapku sambil mengetuk pintu kamarnya
“ ah sepertinya belum bangun, padahal udah jam 8 pagi “ – ucapku dalam hati
Aku pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya dan ternyata tidak dikunci. Aku pun segera membuka selimutnya dan ternyata mawar sudah tidak ada dikamarnya. Akupun terkejut, karna aku hanya menemukan secarik kertas yang ada di meja belajarnya
Dear kak sakura,
Saat kaka membaca surat ini, mungkin aku udah pergi. aku tau kaka pasti bakal cari aku. Kaka gausah khawatir ya, aku pergi Cuma sementara, Cuma ingin menenangkan diriku yang saat ini bener beenr ada di titik jenuh. Aku udah gak marah sama kaka, aku juga minta maaf atas sikapku dan perkataanku yang menyinggung perasaan kaka semalem. Makasih selama ini udah jadi kaka aku, aku sayang banget sama kaka sama bunda. Tolong sampein salam aku buat bunda ya kak, aku pasti akan balik lagi kalau semuanya udah baik baik aja.
                                                                                    Salam sayang, Mawar
         
Aku menangis. Aku menangis sejadi jadinya. Aku menyesal karna tidak becus menjaga adikku sendiri. Aku menyesali segala perbuatanku yang tak pernah mau mencoba untuk peduli terhadapnya, padahal mawar sangat membutuhkan perhatianku.


RUNAWAY

“ jadi lo mau pinjem uang berapa war? “ – ucap Nina, sahabat Mawar dari kecil.
“ 1 juta deh, buat ongkos gue ke Bali aja. Nanti pasti gue ganti kok. “ – ucap Mawar
“ lo yakin 1 juta cukup buat ke bali? Nanti buat keseharian lo gimana ? aduh war, udah deh mendingan lo tinggal disini aja sama gue, gausah cabut ke bali segala. Nanti siapa coba yang ngurusin lo disana. Dan sekolah lo gimana ? “ – ucap Nina dengan cemas nya.
“ nin, lo sahabat gue yang paling baik. Lo kan tau gue kayak gimana, kalo gue udah bilang iya ya iya. Gue bisa kok hidup sendiri. Lagi pula, nanti gue bisa cari kerja di bali, buat biaya sehari-hari. Kalo untuk tempat tinggal, kebetulan gue punya temen yang tinggal disana, jadi lo gaperlu khawatir. Okeeeee “  - jawab Mawar dengan entengnya.
“ hem. Kalo sahabat gue yang satu ini udah bilang A, I couldn’t say anymore “ – jawab nina dengan santainya
“ nah gitu dongggg, yaudah mana sini gue mau langsung berangkat. Terus kalo nanti kak sakura nanyain, bilang aja lo gatau apa apa ya please banget jangan kasih tau siapapun tentang keberadaan gue. Gue Cuma pengen tenangin diri sebentar aja kok. Yayayaaaaa? “ – ucap Mawar
“ yaudah liat nanti deh. Nih, satu juta ya. Kalo lo butuh apa apa disanaa, jangan segen segen hubungin gue. Pokoknya lo harus tetep kuat dan gak boleh macem macem. Kalo terjadi apa apa, sebisa mungkin langsung hubungin gue yaaaaa. Aaaaah pasti bakal kangen banget sama lo war “ – jawan nina sambil memeluk mawar yang kan bergegas pergi menuju bandara soekarno hatta.
“iya sayang pokoknya tenang aja deh. Gue pasti baik baik aja disana, but, so thanks bgt yaa bebskiiiiii. I will miss you too “ – ucap Mawar sambil memeluk nina

Setelah itu, Mawar pun segera menyetopkan taksi dan berangkat menuju bandara diantar nina sahabatnya.
Sementara nSakura.. kini sedang menyesali kepergian adiknya serta keadaan bunda nya yang semakin buruk. Lantas bagaimana sakura menyelesaikannya ?? tunggu kisah selanjutnyaaa ~


                                   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepingan Hati Yang Hancur

Naskah Drama Musikal " Kita Satu Dengan Segala Perbedaan "

Story of D'DAFIKAT 02-09-2009