Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 22, 2014

dimanakah ilmuwan muslim sekarang?

DIMANAKAH ILMUWAN MUSLIM SEKARANG ? Dunia Islam sudah mat suri dibidang sains. Dari 1,6 milyar umat islam, hanya 2 orang yang berhasil menjadi pemenang nobel di bidang fisika dan kima. Dimana kedua saintis muslim tersebut kini tinggal di dunia barat. Sedangkan umat Yahudi yang jumlahnya hanya sepersepuluh umat islam telah melahirkan 79 pemenang nobel dalam dunia sains. Lantas, apa yang terjadi dengan kita ? bukankah dulu berabad abad lamanya umat islam menguasai dunia IPTEK ? Mungkin ada persoalan dengan cara belajar kita yang selama ini lebih menitik beratkan pada menghafal dan mengoleksi opini2 lama semata. Tahap awal dari sebuah penelitian tentu mengumpulkan data dan merangkum berbagai pendapat yang ada. Tradisi kutip mengkutip atau katakanlah mencantumkan footnote adalah sebuah tradisi ilmiah. Kita sering terpukau jika membaca sebuah artikel di jurnal internasional yang catatan kakiinya panjang2 dan kita menemukan rujukan yang tercantum disana yang belu pernah kita ketah

dzikir dan pikir

Rizky Amalia, [20.10.14 01:51] banyak orang yg tidak suka memisahkan urusan duniawi dengan urusan agama. namub ironisnya, secara tanpa sadar cara berfikir kira justru sudah sekuler ketika memisahkan dunia dzikir dengan dunia pikir. bisakah kita temukan kenikmatan dzikir mengingat-Nya ditengah tumpukan buku dan paper? bisakah zikir membuat kita berpikir dan olah pikir membuat kita tetap berdzikir? sejatinya, dalam zikir kita menemukan pikir, dan dalam pikir kita berdzikir mengingatnya. bagi sebagian orang, teks keagamaan ibarat buku manual sebuah mesin. ikuti huruf demi huruf dan kata demi kata yg ada dlm buku manual mana mesin akan bergerak. jangan coba2 readinh between the lines karna mesinnya bisa rusak. Sayang sekali, mereka lupa satu hal. bahwa kita manusia, bukan robot. kita dikaruniai AKAL dan HATI untuk membaaca teks suci. hasil bacaan kitalah yang akan menghidupkan teks suci tsb. ini bukan sekedar memilih akal atau hati tapi bagaimana memilah kapan merespons masalah dengan a